Hi guys, apa kabar? Semoga dalam keadaan baik ya :)
Udah lama saya ga ngeposting lagi. Nah, kalau sebelum-sebelumnya saya
selalu mengulas tentang teori dan kasus-kasus, lain halnya untuk kali ini. Pada
kesempatan kali ini, saya akan mereview sebuah film yang tentunya tidak asing
lagi bagi sebagian orang. Ya, film A Beautiful Mind… Selain mereview saya juga
mencoba membuat analisis mengenai tokoh utamanya yaitu John Forbes Nash dari sudut
pandang psikologi. Mau tau lebih lanjut?? Selamat membaca dan semoga bermanfaat
^^
A Beautiful Mind
Film A Beautiful Mind
menggambarkan kisah perjuangan seorang ahli matematika genius yang bernama John
Forbes Nash, yang berhasil menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan
sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer. Selama Perang Dingin berlangsung,
Nash mengidap schizophrenia yang membuatnya hidup dalam halusinasi dan selalu
dibayangi ketakutan hingga ia harus berjuang keras untuk sembuh dan meraih
hadiah Nobel tahun 1994, kala ia memasuki usia senja.
Kisah dibuka dengan Nash muda
di tahun 1948 yang memulai hari-hari pertama kuliahnya di universitas
bergengsi, Princeton University. Sejak awal, Nash -lelaki sederhana dari dusun
Virginia digambarkan sebagai pribadi penyendiri, pemalu, rendah diri, introvert
sekaligus aneh. Aku tak terlalu suka berhubungan dengan orang dan rasanya tak
ada orang yang menyukaiku, ujar Nash berkali-kali. Di balik segala
kekurangannya, Nash juga digambarkan sebagai laki-laki arogan yang bangga akan
kepandaiannya. Ini ditunjukkannnya dengan cara menolak mengikuti kuliah yang
dianggapnya hanya menghabiskan waktu dan membuat otak tumpul. Sebagai gantinya,
Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide orisinal
untuk meraih gelar doktornya dan diterima di pusat penelitian bergengsi,
Wheeler Defense Lab di MIT.
Di tengah persaingan ketat, Nash mendapat teman sekamar yang sangat
memakluminya, Charles Herman yang memiliki keponakan seorang gadis cilik
Marcee. Nash yang amat terobsesi dengan matematika-sampai-sampai menulis
berbagai rumus di kaca jendela kamar dan perpustakaan akhirnya secara tak
sengaja berhasil menemukan konsep baru yang bertentangan dengan teori bapak
ekonomi modern dunia, Adam Smith. Konsep inilah yang dinamakannya dengan teori
keseimbangan, yang mengantarkannya meraih gelar doktor. Mimpi Nash menjadi
kenyataan. Tak hanya meraih gelar doktor, ia berhasil diterima sebagai peneliti
dan pengajar di MIT.
Hidup Nash mulai berubah ketika
ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. Di
sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia ini, ia diberi
pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi
sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Alicia Larde, seorang
mahasiswinya yang cantik, yang membuatnya sadar bahwa ia juga membutuhkan
cinta. Ketika pasangan ini menikah, Nash justru semakin parah dan merasa terus
berada dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya sebagai agen rahasia. Nash
semakin hari semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya ketika ia
sedang membawakan makalahnya di sebuah seminar di Harvard, Dr Rosen seorang
ahli jiwa menangkap dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Dari situlah terungkap,
Nash mengidap paranoid schizophrenia. Beberapa kejadian yang dialami Nash
selama ini hanya khayalan belaka. Tak pernah ada teman sekamar, Herman dan
keponakannya yang menggemaskan, Marcee ataupun Parcher dengan proyek
rahasianya.
Untungnya, Alicia adalah
seorang istri setia yang tak pernah lelah memberi semangat pada suaminya.
Dengan dorongan semangat serta cinta kasih yang tak pernah habis dari Alicia,
Nash bangkit dan berjuang melawan penyakitnya.
Analisis :
Davison dan Neale (2001)
menyatakan bahwa secara umum karakteristik simtom skizofrenia dapat digolongkan
dalam 3 kelompok : simtom positif, simtom negatif, dan simtom lainnya. Simtom
positif adalah tanda-tanda yang berlebihan, yang biasanya pada orang kebanyakan
tidak ada, namun pada pasien skizofrenia justru muncul. Yang termasuk dalam
simtom positif adalah delusi (waham) dan halusinasi. Simtom negatif adalah simtom
yang deficit, yaitu perilaku yang seharusnya dimiliki oleh orang normal, namun
tidak dimunculkan oleh pasien. Termauk dalam simtom ini adalah avolition/apathy
(hilangnya energy dan minat), alogia (kemisikinan isi pembicaraan), anhedonia
(ketidakmampuan untuk memperoleh kesenangan), asosialitas, afek datar, dan afek
yang tidak sesuai.
Ada lima tipe skizofrenia yaitu
Skizofrenia Hebrenik (respon emosional tidak sesuai dan disertai dengan tingkah
laku yang aneh), Skizofrenia Paranoid (adanya waham persekusi/kejar),
Skizofrenia Katatonik (gangguan pada fungsi motorik dan adanya stupor),
Skizofrenia Residual (pernah mengalami skizofrenia sebelumnya), dan Skizofrenia
Tipe Tak Tergolongkan.
Dari film A Beatiful Mind dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia
paranoid, yang ditandai dengan simptom – simptom atau indikasi sebagai berikut:
1. Adanya delusi atau waham,
yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
- Waham Kejar (delusion of
persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok
tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film
tersebut yaitu agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya
paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena
merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
- Waham Kebesaran (delusion of
grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu
kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap
dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata atau agen rahasia.
- Waham Pengaruh (delusion of
influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang
mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham
ini yaitu ketika disuruh membunuh istrinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa
dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman
halusinasinya.
2. Adanya halusinasi
Persepsi palsu atau menganggap
suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan.
John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata
tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William Parcher (agen
pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium
rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.
3. Gejala motorik dapat dilihat
dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan
lengan yg aneh.
Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan teman – temannya
dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.
4. Adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas
yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.
5. Social withdrawl (penarikan
sosial),
John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya,
dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya
sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
Stressor atau kejadian –
kejadian yang menekan
yang membuat skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu :
- Kalah bermain dari temannya
- Merasa gagal berprestasi
untuk mendapatkan cita – citanya
- Merasa tidak dapat melayani
istrinya
- Tidak bisa bekerja atau
mendapatkan pekerjaan kembali
Karakter Pribadi John Nash, yaitu:
- Pemalu, introvert,
penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku, tidak
suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan
sosial.
- Dalam kenyataannya (cerita
sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang pemarah, suka
bermain wanita, keras, dan kaku.
Setelah menjalani perawatan di
rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah dengan Obat Psikoterapetik.
Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita skizofrenia.
Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat
antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan
konfusi, serta memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat
antipsikotik yaitu menghambat reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian
obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi, menghambat proses berpikir, tidak
memiliki gairah seksual.
Selain terapi biologis, John
Nash juga mendapat terapi dari istrinya yaitu berupa dukungan sosial yang diberikan
kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai berinteraksi sosial
(dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus
berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam
menghadapi peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.
Referensi
:
Fausiah, Fitri & Widuri,
Julianty. 2005. Psikologi Abnormal Klinis
Dewasa. Jakarta : UI-Press.
Maslim, Rusdi. 1995. ed. Buku Saku PPDGJ III, Jakarta.