Minggu, 19 Februari 2012

Normal atau Abnormal?

Jika sebelumnya, saya memposting tentang apakah perbedaan normal dan abnormal, definisi psikologi abnormal, dan kriteria perilaku abnormal maka pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menganalisis sebuah kasus dari sudut pandang psikologi abnormal. Apakah subjek termasuk dalam kategori normal atau abnormal? Pastinya, untuk menetukan hal tersebut bukan hal yang mudah karena kita tidak bisa sembarangan mengkategorikannya atau memberi label kepada seseorang tanpa berlandaskan kriteria tertentu. Berikut ini adalah contoh kasus subjek yang berusia 25 tahun. Mari kita simak :D

CONTOH KASUS :
Landa berusia 25 tahun telah menjalani hubungan perkawinannya selama hampir 2 tahun. Landa selalu merasa ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam bila bersama suaminya. Hal ini tidak terlalu dirasakannya ketika ia bersama orang lain. Suami subjek merupakan figur suami yang otoriter dan overprotekstif. Subjek selalu merasa disalahkan atas setiap hal yang dilakukannya. Subjek merasa tidak berani memberikan pendapat kepada suaminya. Subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut dan berniat untuk segera bercerai dengannya tetapi subjek tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya.
Apakah subjek tergolong normal atau abnormal?

ANALISIS :
Ada beberapa kriteria dalam menentukan apakah seseorang termasuk normal atau abnormal. Beberapa kriteria tersebut adalah Statistical infrequency, Unexpectedness, Violation of norms, Personal distress, Disability.
Dalam statistical infrequency digunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.  Pada umumnya, kebanyakan istri merasa nyaman dan harmonis bila ada di dekat suami mereka. Akan tetapi, hal tersebut tidak untuk subjek. Ia selalu merasa  ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam bila bersama suaminya.
Pada kriteria unexpectedness, biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Hal tersebut tergambar ketika subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut dan berniat untuk segera bercerai dengannya tetapi subjek tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. Untuk kriteria violation of norms, perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal. Ketakutan dan kehawatiran subjek setiap menghadapi suaminya termasuk abnormal karena pada umumnya seorang istri akan merasa nyaman dan bahagia bila ada di dekat suaminya.
Jika ditinjau dari personal distress, perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Perilaku subjek yang tidak mempunyai keberanian untuk segera bercerai dengan suaminya. mengakibatkan subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut.
Dalam kriteria disability, individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Subjek merasa tidak mampu mencapai keluarga yang bahagia karena ketakutan dan rasa khawatirnya yang selalu muncul ketika berada di dekat suaminya.
Dari hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa subjek termasuk abnormal karena memenuhi kriteria perilaku abnormal yang telah dijabarkan sebelumnya.

2 komentar:

  1. mau nanya dong mba Sisy :)
    kalo misalnya diliat inti permasalahannya, bukannya Landa itu normal ya? kan dia bereaksi terhadap figur otorites dan overprotektif sang suami.. gimana kalo yg abnormal itu sebenernya si suami, Landa hanya menjadi korban tak berdaya?

    cuma nanya loh yaa hehe :)
    jangan lupa main ke everdnandya.wordpress.com yaa (tetep promosi)

    BalasHapus
  2. Terima kasih mas Everd atas komentarnya... Di sini kita sama-sama belajar yahh.. Mohon maaf jika memang hasil tersebut belum sepenuhnya benar, karena itu adalah hasil analisis saya, tapi saya coba menanggapi sedikit komentarnya ya mas... :)
    Pada kasus di atas, yang menjadi subjek adalah Landa, bukan suaminya. Apakah menurut Anda, otoriter dan overprotektif sudah pasti merupakan perilaku abnormal?
    Gannguan-gangguan yang dirasakan oleh Landa seperti rasa takut dan khawatir yang berlebihan, merasa selalu disalahkan, rasa tidak bahagia merupakan indikator dari perilaku abnormal. Landa juga mengalami disfungsi psikologis dalam menjalankan perannya sebagai seorang istri. Landa bisa saja merasa bahagia dan tidak perlu takut dan khawatir apabila perlakuan suaminya bagi Landa bukanlah masalah untuknya.

    Kurang lebih seperti itu..
    sipp nanti saya mampir, semoga akan mendapat banyak manfaat dengan mengunjunginya..

    BalasHapus