Sabtu, 25 Februari 2012

Analisis Kasus Ryan Jombang


Very Idham Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan (lahir di Jombang, 1 Februari 1978; umur 34 tahun) adalah seorang tersangka pembunuhan berantai di Jakarta dan Jombang. Kasusnya mulai terungkap setelah penemuan mayat termutilasi di Jakarta. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, terungkap pula bahwa Ryan telah melakukan beberapa pembunuhan lainnya dan dia mengubur para korban di halaman belakang rumahnya di Jombang.

 

Masa kecil

Ryan adalah bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya Mulyo Wasis (44) adalah saudara satu ibu namun lain ayah. Sejak kecil Ryan lebih sering berpisah dengan kedua orangtuanya dan tinggal di pesantren. Perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. Dia lebih banyak menekuni kegiatan perempuan seperti menari dan berdandan. Di sekolah Ryan dikenal lebih dekat dan lebih banyak berteman dengan perempuan, dia juga banyak terlibat kegiatan kesenian, terutama menari. Namun demikian Ryan dikenal cerdas, cekatan, dan pandai bergaul.


"Sejak kecil, Very (panggilan Ryan di lingkungan keluarganya) memang suka memelihara dan bermain dengan ikan-ikannya. Kadang dia suka berbicara sendiri dengan ikan-ikan kesayangannya," tutur kakaknya, Mulyo Wasis (44) di rumahnya di kawasan Tembelang, Jombang, Jatim.

Menurut guru SD beranak empat ini, meski periang dan pandai bicara, dia sebenarnya orang yang tertutup. Dia tak suka bicara pada hal-hal yang dia nilai tidak perlu. Wasis menjelaskan, ia dan Ryan adalah kakak beradik lain ayah, satu ibu. "Jadi, dia bisa disebut anak tunggal, atau anak bungsu. Dia sangat disayang ayahnya," tuturnya. 
Ryan yang kecil lebih banyak hidup di lingkungan pesantren karena kedua orang tuanya lebih banyak di luar rumah, bekerja. Sedang Wasis, cepat menikah dan tenggelam oleh kesibukannya sendiri dengan ayah kandungnya.

Sampai sekarang pun, rumah yang ditinggali Ryan lebih banyak kosong. Ayah Ryan, Ahmad Maskur yang pensiunan Satpam sebuah pabrik gula dan Kasiatun istrinya, lebih suka tinggal di rumah Wasis. "Biasanya mereka menginap di rumah saya hari Kamis sampai Sabtu. Sehari-hari ibu berjualan kain keliling dan pulang malam, sedang ayah Ryan lebih suka bermain dengan cucunya, anak-anak saya. Dia baru kembali dari rumah saya pada sore hari," ungkap Wasis.

Menurut dia, perilaku Ryan banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. Suatu hari, usai bertamasya ke pantai selatan Jatim dengan kawan-kawan sekolahnya di SMP, Ryan bercerita kepada Wasis, dia mendapat boneka kencana dari kayu cendana pemberian penguasa pantai selatan, Ratu Kidul.

Ryan mendapat bisikan dari sang ratu agar menjadi menantunya, tapi Ryan menolak. "Kata dia, kalau dia menerima tawaran sang Ratu, itu artinya Ryan mati. Saya hanya mengangguk-anggukkan kepala saja tanda percaya," jelas Wasis. Sebulan kemudian, Ryan mengaku bonekanya hilang. "Seingat saya, setelah kejadian itu, perilaku Ryan banyak berubah. Dia lebih banyak menekuni kegiatan keputrian seperti menari dan bersolek. Perilakunya pun seperti perempuan," katanya.

Kalau marah, lanjut Wasis, dia menghancurkan atau merusak hampir seluruh isi rumah. Setelah itu lari ke belakang dan duduk di tepian kolam ikannya. Wasis mengaku tidak dekat dengan adiknya. Lebih-lebih ketika satu saat ia menasihati Ryan cepat menikah, agar orangtuanya mendapat momongan. "Nanti kalau kamu berangkat tua, anak-anakmu sudah besar," kata Wasis kepada Ryan. Ryan marah. Ia kembali ke rumahnya. Sejak itu, Ryan tak pernah bertemu atau mampir ke rumah Wasis.

Cerdas, Cekatan

Di lingkungan kawan dan gurunya di SD-SMP-SMA, di samping dikenal lebih dekat dan lebih banyak berkawan dengan perempuan, Ryan dikenal cerdas, cekatan, dan pandai bergaul. Ia sempat menjadi siswa sekolah favorit, SMA Negeri Satu, Jombang.

"Sejak SD dia lebih dekat dan disayang kawan-kawan perempuannya karena sikapnya yang periang, berbudi halus, dan cerdas. Guru-guru senang kepadanya. Di sekolah, dia di atas rata-rata. Ya, dia suka bulu tangkis dan voli," tutur Umi Habibah (40), mantan guru Ryan di SD Negeri Dua, Jatiwates.

Sepengamatannya, sikap Ryan menjadi seperti perempuan ketika SMP. Ryan melanjutkan SMP-nya di SMP Negeri I,Tembelang. Menurut mantan gurunya di situ, Marsudi (47) dan Marmiati (48) yang ditemui terpisah, Ryan banyak terlibat kegiatan kesenian, terutama menari. "Wah, kalau sudah soal ini, dia jadi begitu sibuk. Kalau tidak jadi panitia ya manggung. Kalau tidak di kamar rias membantu kawan-kawannya, ya menari. Kalau tidak, ya jadi peragawan," kenang Marsudi.

Pernah satu saat Ryan datang ke rumah Marsudi meminjam uang untuk modal menjadi penghibur (entertainer) yang handal. "Jauh setelah itu, ketika dia mampir ke rumah saya lagi, dia mengaku telah sukses di Jakarta sebagai penghibur. Cara berbusananya pun sudah seperti kaum Jet Set Jakarta," paparnya.

Tapi menurut kawan masa kecilnya, Wafiyul Ahdi (27), lama lama Ryan tak lagi menyenangkan. Tak lagi secerdas, secekatan dulu. Budi baiknya pun kian merosot.
Memasuki bangku SMA, Ryan mulai suka membual tentang kesuksesan dirinya. "Dia mengaku punya perusahaan antara lain di Jakarta dan Australia. Dia suka mengobral janji. Dia mengaku sebagai anak seorang tokoh di Jombang dan mengingkari kedua orangtuanya. Saya prihatin. Ryan yang dulu sudah berubah," jelas Ahdi. Padahal, lanjutnya, dulu waktu SMP, dia orang yang tabah menghadapi ejekan kawan-kawannya yang menganggap dirinya banci. Setiap ejekan, ia balas hanya dengan senyuman cerah. Ryan tetap terbuka dan tak pernah membedabedakan kawan.

 

Kehidupan di Jakarta

Ryan sempat menjadi siswa sekolah favorit, SMA Negeri I Jombang. Namun di sana sifat dan sikapnya kian labil. Dia hanya bertahan satu bulan lalu pindah ke SMA Kabuh dan bertahan satu semester, sebelum akhirnya pindah ke SMA Negeri III. Di sana Ryan juga hanya bertahan sebulan, lalu pindah ke Jakarta.


Di Jakarta, ia merasa lebih diterima dan bertemu dengan kalangan homoseks dari kalangan menengah ke atas. Di ibukota Ryan kerap berpindah-pindah tempat tinggal. Ia pernah tinggal di beberapa kamar kos atau kamar apartemen dengan harga sewa tinggi. Apartemen tempat Ryan membunuh dan memutilasi Heri Santoso adalah apartemen bertipe studio (hanya satu ruangan) dengan harga sewa Rp. 1 juta per bulan. Sebelumnya ia bahkan pernah tinggal di tempat kos dengan harga sewa Rp. 2,6 juta per bulannya.

 

Pembunuhan pertama

Menurut pengakuannya sampai saat ini korban Ryan yang pertama adalah Guruh Setyo Pramono alias Guntur (27) yang dibunuh pada bulan Juli 2007. Di rumah orang tua Ryan di Jombang, kepala Guntur dipukul dengan benda keras hingga tewas, mayatnya lalu digulung dengan kasur dan di bakar. Sisa-sisa tubuh Guntur kemudian di gulingkan ke dalam kolam ikan di halaman belakang rumah lalu dikubur dengan tanah.

 

Kasus mutilasi

Kasus ini dimulai dengan ditemukannya tujuh potongan tubuh manusia di dalam dua buah tas dan sebuah kantong plastik di dua tempat di dekat Kebun Binatang Ragunan, Jakarta Selatan pada Sabtu pagi tanggal 12 Juli 2008. Korban adalah Heri Santoso (40), seorang manager penjualan sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Heri dibunuh dan dimutilasi tubuhnya oleh Ryan di sebuah apartemen di Jalan Margonda Raya, Depok. Pengakuan Ryan, dia membunuh Heri karena tersinggung setelah Heri menawarkan sejumlah uang untuk berhubungan dengan pacarnya, Noval (seorang laki-laki). Jejak Ryan dan Noval dapat terlacak setelah mereka berdua menggunakan kartu ATM dan kartu kredit Heri untuk berfoya-foya.


Pembunuhan sebelumnya

Setelah media memberitakan kasus mutilasi yang dilakukan Ryan, banyak masyarakat melaporkan kerabat mereka yang hilang setelah sebelumnya diketahui bersama Ryan. Polisi akhirnya membongkar bekas kolam ikan di belakang rumah orang tua Ryan di Jombang dan menemukan empat tubuh manusia di dalamnya, sebagian besar sudah tinggal kerangka. Ryan kemudian juga mengakui pembunuhan enam orang lainnya dan tubuh mereka ditemukan ditanam di halaman belakang rumah yang sama. Sehingga total sudah ditemukan sebelas korban pembunuhan Ryan.


Daftar korban

Sampai saat ini sudah 11 orang yang diketahui menjadi korban:

·         Ditemukan dengan kondisi termutilasi di dekat Kebun Binatang Ragunan, tanggal 12 Juli 2008:
  1. Heri Santoso (40)
·         Ditemukan dalam penggalian pertama di halaman belakang rumah di Jombang, tanggal 21 Juli 2008:
  1. Vincent Yudi Priyono (31)
  2. Ariel Somba (34)
  3. Grady Gland Adam Tumbuan - Finalis MTV VJ Hunt 2007
  4. Guruh Setyo Pramono alias Guntur (27)
·         Ditemukan dalam penggalian kedua di halaman belakang rumah di Jombang, tanggal 28 Juli 2008:
  1. Agustinus Fitri Setiawan (28)
  2. Nanik Hidayati (31)
  3. Sylvia Ramadani Putri (3), anak dari Nanik Hidayati
  4. Muhamad Aksoni (29)
  5. Zainal Abidin(21)
  6. Muhammad Asrori alias Aldo

Analisis :

Setelah membaca kisah kehidupan Ryan, mari kita coba menganalisis apakah Ryan termasuk individu normal atau abnormal?
Bila ditinjau dari kriteria gangguan abnormalitas menurut DSM IV-TR, ada tiga kriteria yaitu disfungsi psikologis, distress, dan respon atipikal. Kasus Ryan akan dianalisis menggunakan tiga kriteria tersebut satu persatu.

Kriteria yang pertama adalah disfungsi psikologis di mana bila individu tidak dapat menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan berupa integrasi aspek kognitif, afektif, konatif/psikomotorik maka individu tersebut abnormal.
Dari segi kognitif. Saat kecil, Ryan lebih dekat dan lebih banyak berteman dengan perempuan. Ryan selalu diejek banci oleh teman-temannya.  Pada saat ingin menginjak usia dewasa, dia pindah ke Jakarta karena dia berpikir bahwa di lingkungan rumah dan sekolahnya di Jombang dirinya tidak dapat diterima secara utuh di kalangan masyarakat, di Jakarta dia akan diterima dan bertemu dengan kalangan homoseks dari kalangan menengah ke atas.
Segi afektif, Ryan suka menari dan berdandan seperti perempuan saat kecil. Pengakuan Ryan bahwa dia membunuh Heri karena tersinggung setelah Heri menawarkan sejumlah uang untuk berhubungan dengan pacarnya, Noval (seorang laki-laki), Ryan menjadi marah. Seorang homoseks seperti Ryan memiliki sifat posesif, agresif, dan pencemburu sebagai wujud kecemasannya yang tidak ingin kehilangan seseorang yang bisa menerima keadaannya yaitu kekasihnya yang juga berasal dari kalangan homoseks.
Dari segi konatif, saat Ryan masih kecil, jika marah, dia menghancurkan atau merusak hampir seluruh isi rumah. Setelah itu, lari ke belakang dan duduk di tepian kolam ikannya dan berbicara dengan ikan ikan tersebut. Pada saat dewasa, dia langsung membunuh orang lain jika dia merasa marah atau tersinggung bahkan sampai memutilasi korbannya demi kesenangan dirinya dan di kolam ikan di belakang rumahnya itu pula dia membuang dan mengubur jasad para korbannya. Tidak hanya satu orang tetapi sampai sebelas orang yang telah dia bunuh. Salah satunya adalah Heri yang dibunuh dan dimutilasi tubuhnya oleh Ryan di sebuah apartemen di Jalan Margonda Raya, Depok.  Setelah itu, Ryan dan kekasihnya yang bernama Noval menggunakan kartu ATM dan kartu kredit Heri untuk berfoya-foya.

Kriteria kedua adalah distress yaitu merusak diri secara fisik atau psikologis, bila individu mengalami hal ini maka individu tersebut abnormal. Untuk kasus Ryan, dari segi fisik, Ryan adalah seorang laki-laki yang diharapkan dapat berpenampilan seperti laki-laki. Perilaku Ryan mulai banyak berubah ketika ia duduk di bangku SMP. Dia lebih banyak menekuni kegiatan perempuan seperti menari dan berdandan. Di sekolah Ryan dikenal lebih dekat dan lebih banyak berteman dengan perempuan, dia juga banyak terlibat kegiatan kesenian, terutama menari. Gaya berpakaiaannya juga mulai berubah saat dia dewasa seperti Jet set dari Jakarta. Dari segi psikologis, Ryan orang yang tabah menghadapi ejekan kawan-kawannya yang menganggap dirinya banci sewaktu SMP. Setiap ejekan, ia balas hanya dengan senyuman cerah. Ryan tetap terbuka dan tak pernah membedabedakan kawan. Pada saat kecil, Ryan lebih banyak merepres rasa marah dan kesalnya serta terutup kepada orang lain. Hal ini mungkin yang menyebabkan pada saat memasuki bangku SMA, Ryan mulai suka membual tentang kesuksesan dirinya. Dia mengaku punya perusahaan antara lain di Jakarta dan Australia. Dia suka mengobral janji. Dia mengaku sebagai anak seorang tokoh di Jombang dan mengingkari kedua orangtuanya. Hingga pada saat dewasa, semua emosi yang selalu ditahan dalam dirinya sejak kecil memuncak keluar ketika dia mengekspresikan rasa marahnya dengan agresif.

Kriteria ketiga adalah respon atipikal yaitu reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku. Bila reaksi tersebut terjadi maka individu tersebut abnormal. Pada umumnya, di Indonesia seorang laki-laki harusnya banyak bergaul dengan laki-laki, berpenampilan, dan melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan oleh laki-laki. Hal tersebut juga berlaku di tempat tinggal Ryan di Jombang. Di lingkungan kawan dan gurunya di SD-SMP-SMA, Ryan lebih banyak menekuni kegiatan perempuan seperti menari dan berdandan. Di sekolah Ryan dikenal lebih dekat dan lebih banyak berteman dengan perempuan, dia juga banyak terlibat kegiatan kesenian, terutama menari. Kalau tidak jadi panitia, dia yang mengisi kegiatan tersebut. Kalau tidak di kamar rias membantu kawan-kawannya, Ryan yang menari atau jadi peragawan.
Di Indonesia, membunuh dan memutilasi korban merupakan hal yang tidak lazim dilakukan untuk mengungkapkan rasa marah. Ryan cenderung melampiaskan kemarahannya dengan cara membunuh dan memotong motong bagian tubuh korbannya demi memperoleh kebahagiaannya.

Berdasarkan hasil analisis kasus Ryan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ryan adalah abnormal karena memenuhi tiga kriteria gangguan abnormal.

Referensi :
Akbar, Zarina . 2012. Bahan Ajar Slide Power Point Psikologi Abnomal: Pendekatan Historis Abnormal-Materi I. Psikologi UNJ.
http://nasional.kompas.com/read/2008/07/25/05305117/di.kolam.ikan.ryan.mengubur.dendam.dan.kenangan.pahit
http://id.wikipedia.org/wiki/Very_Idham_Henyansyah

Analisis Kasus Part I

Pada kesempatan kali ini, saya akan mecoba menganalisis sebuah kasus lagi untuk menetukan apakah si subjek termasuk individu norma atau abnormal. Silahkan disimak :D

Case 1
Seorang ibu mengeluhkan tentang putra remajanya (R) yang duduk di kelas 2 SMA. Menurut ibunya, R tidak bertanggung jawab karena ia tidak mau tahu apa yang terjadi diluar kamar tidurnya (yang terletak di lantai dua). Tiap pulang sekolah R masuk kamar, dan hanya keluar untuk makan atau keperluan pribadinya. Ia tidak mau mengatantar adiknya ke dokter, dan tidak peduli apakah ada tamu atau keluarga yang datang berkunjung.

Analisis :
Bila ditinjau dari kriteria gangguan abnormalitas menurut DSM IV-TR, ada tiga kriteria untuk menetukan bahwa seseorang termasuk abnormal yaitu disfungsi psikologis, distress, dan respon atipikal. Kasus R akan dianalisis menggunakan tiga kriteria tersebut satu persatu.

Kriteria yang pertama adalah disfungsi psikologis di mana bila individu tidak dapat menjalankan peran/fungsi dalam kehidupan berupa integrasi aspek kognitif, afektif, konatif/psikomotorik maka individu tersebut abnormal. Dari segi kognitif , R tidak mau tahu apa yang terjadi di luar kamar tidurnya. Segi afektif, R tidak peduli apakah ada tamu atau keluarga yang datang berkunjung, kemudian dari segi konatif, R tidak mau mengantar adik ke dokter, keluar untuk makan atau keperluan pribadinya.

Kriteria kedua adalah distress yaitu merusak diri secara fisik atau psikologis, bila individu mengalami hal ini maka individu tersebut abnormal. Untuk kasus R tidak digambarkan bahwa R merusak dirinya secara fisik maupun psikologis.

Kriteria ketiga adalah respon atipikal yaitu reaksi yang tidak sesuai dengan keadaan sosio kultural yang berlaku. Pada umumnya, seorang kakak seharusnya peduli dengan keadaan adiknya, tetapi hal tersebut tidak dengan R.  Seorang remaja merupakan masa di mana individu menjalin banyak hubungan sosial dengan orang di sekitarnya tetapi R justru banyak menutup diri dan menghindari reaksi sosial.

Berdasarkan hasil analisis kasus di atas maka dapat disimpulkan bahwa R mengalami hambatan psikologis yaitu menghindari diri dari hubungan sosial yang ada di sekelilingnya (introvert). Pada kasus R belum menunjukkan adanya gangguan psikologis pada dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa R adalah normal. Akan tetapi, bila yang dilakukan oleh R terus berlanjut dan  ia mulai merusak dirinya secara fisik dan psikologis, hal tersebut akan  membawa dirinya menjadi abnormal.

Referensi :
Akbar, Zarina . 2012. Bahan Ajar Slide Power Point Psikologi Abnomal: Pendekatan Historis Abnormal-Materi I. Psikologi UNJ.

Minggu, 19 Februari 2012

Normal atau Abnormal?

Jika sebelumnya, saya memposting tentang apakah perbedaan normal dan abnormal, definisi psikologi abnormal, dan kriteria perilaku abnormal maka pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menganalisis sebuah kasus dari sudut pandang psikologi abnormal. Apakah subjek termasuk dalam kategori normal atau abnormal? Pastinya, untuk menetukan hal tersebut bukan hal yang mudah karena kita tidak bisa sembarangan mengkategorikannya atau memberi label kepada seseorang tanpa berlandaskan kriteria tertentu. Berikut ini adalah contoh kasus subjek yang berusia 25 tahun. Mari kita simak :D

CONTOH KASUS :
Landa berusia 25 tahun telah menjalani hubungan perkawinannya selama hampir 2 tahun. Landa selalu merasa ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam bila bersama suaminya. Hal ini tidak terlalu dirasakannya ketika ia bersama orang lain. Suami subjek merupakan figur suami yang otoriter dan overprotekstif. Subjek selalu merasa disalahkan atas setiap hal yang dilakukannya. Subjek merasa tidak berani memberikan pendapat kepada suaminya. Subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut dan berniat untuk segera bercerai dengannya tetapi subjek tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya.
Apakah subjek tergolong normal atau abnormal?

ANALISIS :
Ada beberapa kriteria dalam menentukan apakah seseorang termasuk normal atau abnormal. Beberapa kriteria tersebut adalah Statistical infrequency, Unexpectedness, Violation of norms, Personal distress, Disability.
Dalam statistical infrequency digunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.  Pada umumnya, kebanyakan istri merasa nyaman dan harmonis bila ada di dekat suami mereka. Akan tetapi, hal tersebut tidak untuk subjek. Ia selalu merasa  ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam bila bersama suaminya.
Pada kriteria unexpectedness, biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Hal tersebut tergambar ketika subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut dan berniat untuk segera bercerai dengannya tetapi subjek tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. Untuk kriteria violation of norms, perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal. Ketakutan dan kehawatiran subjek setiap menghadapi suaminya termasuk abnormal karena pada umumnya seorang istri akan merasa nyaman dan bahagia bila ada di dekat suaminya.
Jika ditinjau dari personal distress, perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Perilaku subjek yang tidak mempunyai keberanian untuk segera bercerai dengan suaminya. mengakibatkan subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut.
Dalam kriteria disability, individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Subjek merasa tidak mampu mencapai keluarga yang bahagia karena ketakutan dan rasa khawatirnya yang selalu muncul ketika berada di dekat suaminya.
Dari hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa subjek termasuk abnormal karena memenuhi kriteria perilaku abnormal yang telah dijabarkan sebelumnya.

Sabtu, 18 Februari 2012

Mengenal Psikologi Abnormal Lebih Dekat

Setelah mengetahui apa itu psikologi pada postingan saya yang sebelumnya, sekarang mari kita berkenalan dengan salah satu bahasan dalam psikologi, yaitu Psikologi Abnormal. Sebelum membahas mengenai Psikologi Abnormal, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari abnormal itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar kata normal dan tidak normal atau abnormal. Ada kecendrungan dari masyarakat untuk mengelompokkan individu-ndividu yang normal dan sehat jiwa di satu pihak, dan yang abnormal, berkelainan, patologis dan sakit di pihak lain. Abnormal berarti tidak normal, menyimpang dari suatu standar yang bisa berarti di atas normal atau di bawah normal. Patologis adalah keadaan sakit, tidak sehat, atau mengalami kerusakan yang biasanya merupakan suatu tinjauan dari sudut pandang medis. Apa yang membedakan seseorang itu masuk dalam kategori normal atau abnormal? Berikut ini adalah gambaran singkat perbedaan antara normal dan abnormal.


Normal
a)   Bisa menjalani kegiatan hidupnya.
b)   Menjalani peran kehidupan (berfungsi).
c)    Sesuai dengan respon masyarakat keseluruhan (common sense).

Abnormal
a)   Abnormal terbagi menjadi dua, yaitu:
-      Hambatan. Contoh : introvert, pesimis, minder, tidak asertif.
-      Gangguan. Contoh : cemas, takut berlebihan.
b)   Disfungsi psikologis (dalam perannya).
c)    Tidak sesuai dengan respon keseluruhan.


Definisi psikologi abnormal

Abnormal adalah:
1.    Berbeda atau sangat menyimpang dari kenormalan; penulisan mengenai tingkah laku yang menyimpang secara mencolok dari acuan normatif, sehat atau sangat diinginkan secara psikologis, dilihat dari satu titik pandang penyesuaian diri.
2.    Dalam distribusi-distribusi statistik, istilah abnormal tersebut menyatakan skor atau angka-angka yang atypis atau yang di luar kenormalan, atau jarak yang diharapkan dari skor-skornya (Chaplin, 2009).

Menurut Kartini Kartono (2000: 25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnormalitas jiwa.

Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.

Berkenaan dengan definisi psikologi abnormal, pada Ensiklopedia Bebas Wikipedia (2009), dinyatakan “Abnormal psychology is an academic and applied subfield of psychology involving the scientific study of abnormal experience and behavior (as in neuroses, psychoses and mental retardation) or with certain incompletely understood states (as dreams and hypnosis) in order to understand and change abnormal patterns of functioning”.

Psikologi Abnormal/Drs. Kuntjojo, M.Pd.
1.  Psikologi abnormal merupakan salah satu cabang dari psikologi atau psikologi khusus.
2.  Yang dibahas dalam psikologi abnormal adalah segala bentuk gangguan atau kelainan jiwa baik yang menyangkut isi (mengenai apa saja yang mengalami kelainan) maupun proses (mengenai faktor penyebab, manifestasi, dan akibat dari gangguan tersebut).
   Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan secara umum bahwa Abnormal psychology (psikologi abnormal) adalah cabang psikologi yang membahas tingkah laku abnormal.       

Kriteria perilaku abnormal
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu perilaku abnormal, antara lain: 
1.    Statistical infrequency
        Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.  Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.  
                Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius. Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal. 
Abnormal inferior                    Normal                    Abnormal superior
                                                                
2.    Unexpectedness
Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.

3.    Violation of norms
Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal.
Kriteria ini  mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.
Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.

4.    Personal distress
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.  Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.

5.    Disability
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

 
Referensi :
Markam, Slamet, IS. 2008. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI Press.

http://psikologi45.blogspot.com/2011/02/psikologi-abnormal.html.